Kegiatan
Kejutan Dalam Menggali Informasi Melalui Metode Bertutur
2023-08-26
Gender dan Keadilan Ekologi
Banyuwangi, 1 – 5 Juni 2023
LeSEHan News Network, Banyuwangi. Engkres (Jawa = ngeyel, mau menang sendiri), mungkin menjadi kata yang tidak lazim di telinga kita sekalipun orang Jawa, karena kata tersebut sudah mulai jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata engkres tiba-tiba muncul spontanitas begitu saja dari Ibu Poniyah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di desa Kedunggebang dekat dengan Teluk Pang-Pang, Banyuwangi. Semua peserta diskusi menggambar yang mereka sukai, kemudian bercerita atas gambar tersebut. Hampir semua bercerita tentang gambar tersebut dengan makna yang positif. Seperti yang diperlihatkan oleh Bu Ponikem yang menggambar matahari. Dia ingin menjadi penerang bagi diri sendiri dan orang lain. Bermanfaat bagi banyak orang.
Yang paling berbeda diantara peserta dan bahkan tim peneliti adalah apa yang dituturkan oleh bu Poniyah. Dia menggambar pohon kelapa, sebuah pohon cukup banyak dijumpai di sekitar teluk Pang-Pang. Menurut bu Poniyah pohon kelapa itu engkres tinggi menjulang ke atas. Mungkin semua yang ada di pohon itu bermanfaat, tapi buah pohon kelapa itu tidak “berani” (bisa) disuguhkan sendiri. Untuk disuguhkan di meja dia perlu ada tambahan gula, sendok dan sedotan. Berbeda dengan buah semangka. Dia tumbuh di bawah mudah dipetik dan bisa disuguhkan di atas meja tanpa pelengkap lainnya.
Metode bertutur atau bercerita dengan menggunakan alat bantu gambar yang dibuat sendiri oleh peserta, menjadi salah satu metode yang efektif untuk membuka kegiatan FGD terutama bagi masyarakat yang tidak terbiasa hadir dalam forum-forum diskusi. Setelah suasana diskusi kondusif, semua peserta sudah tidak ragu-ragu lagi untuk bersuara tim peneliti masuk pada metode kedua yaitu metode pohon masalah. Selain pohon masalah bisa juga menggunakan metode yang lain misalnya metode pemetaan sumberdaya dan juga metode-metode lainnya menyesuaikan peserta dan informasi yang ingin digali oleh peneliti.
Dalam menggali data di kabupaten Banyuwangi dilakukan dengan cara diskusi informal dan FGD di dua tempat yang berbeda yaitu di desa Kedunggebang dan Kedungasri. Dua desa tersebut berada di sekitar teluk Pang-Pang, sehingga banyak masyarakatnya yang mengases mangrove dan hutan di sekitar mangrove. Peserta didominasi oleh ibu-ibu baik orang tua tunggal maupun ibu rumah tangga dan juga bapak-bapak yang juga ikut melengkapi diskusi di forum tersebut. (HIS)
LeSEHan News Network, Banyuwangi. Engkres (Jawa = ngeyel, mau menang sendiri), mungkin menjadi kata yang tidak lazim di telinga kita sekalipun orang Jawa, karena kata tersebut sudah mulai jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata engkres tiba-tiba muncul spontanitas begitu saja dari Ibu Poniyah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di desa Kedunggebang dekat dengan Teluk Pang-Pang, Banyuwangi. Semua peserta diskusi menggambar yang mereka sukai, kemudian bercerita atas gambar tersebut. Hampir semua bercerita tentang gambar tersebut dengan makna yang positif. Seperti yang diperlihatkan oleh Bu Ponikem yang menggambar matahari. Dia ingin menjadi penerang bagi diri sendiri dan orang lain. Bermanfaat bagi banyak orang.
Yang paling berbeda diantara peserta dan bahkan tim peneliti adalah apa yang dituturkan oleh bu Poniyah. Dia menggambar pohon kelapa, sebuah pohon cukup banyak dijumpai di sekitar teluk Pang-Pang. Menurut bu Poniyah pohon kelapa itu engkres tinggi menjulang ke atas. Mungkin semua yang ada di pohon itu bermanfaat, tapi buah pohon kelapa itu tidak “berani” (bisa) disuguhkan sendiri. Untuk disuguhkan di meja dia perlu ada tambahan gula, sendok dan sedotan. Berbeda dengan buah semangka. Dia tumbuh di bawah mudah dipetik dan bisa disuguhkan di atas meja tanpa pelengkap lainnya.
Metode bertutur atau bercerita dengan menggunakan alat bantu gambar yang dibuat sendiri oleh peserta, menjadi salah satu metode yang efektif untuk membuka kegiatan FGD terutama bagi masyarakat yang tidak terbiasa hadir dalam forum-forum diskusi. Setelah suasana diskusi kondusif, semua peserta sudah tidak ragu-ragu lagi untuk bersuara tim peneliti masuk pada metode kedua yaitu metode pohon masalah. Selain pohon masalah bisa juga menggunakan metode yang lain misalnya metode pemetaan sumberdaya dan juga metode-metode lainnya menyesuaikan peserta dan informasi yang ingin digali oleh peneliti.
Dalam menggali data di kabupaten Banyuwangi dilakukan dengan cara diskusi informal dan FGD di dua tempat yang berbeda yaitu di desa Kedunggebang dan Kedungasri. Dua desa tersebut berada di sekitar teluk Pang-Pang, sehingga banyak masyarakatnya yang mengases mangrove dan hutan di sekitar mangrove. Peserta didominasi oleh ibu-ibu baik orang tua tunggal maupun ibu rumah tangga dan juga bapak-bapak yang juga ikut melengkapi diskusi di forum tersebut. (HIS)
Kegiatan
- Edukasi
- Pelatihan & Pendampingan
- Studi, Kajian, Diskusi dan Penelitian
- Kerjasama dengan Lembaga Pemerintah & Non Pemerintah
- Perhutanan Sosial
- Gender dan Keadilan Ekologi
Agenda
18
Jul '24
Jul '24
Sub-tim Jawa Timur: Workshop P...
09.00 - 13.00 wib
Meeting room Work n' Play Coffee and eatery - Madiun
09.00 - 13.00 wib
Meeting room Work n' Play Coffee and eatery - Madiun
17
Jun '24
Jun '24
Sub-tim Laos: Analisa Data ...
08:00 - 12:00
Meeting room Campus
08:00 - 12:00
Meeting room Campus
10
Jun '24
Jun '24
Sub-tim Jawa Timur: Analisa Da...
09.00 - 13.00 wib
Meeting Room Joglo Manies Resto - Ponorogo
09.00 - 13.00 wib
Meeting Room Joglo Manies Resto - Ponorogo
09
Jun '24
Jun '24
Sub-tim Laos: Pengumpulan data...
08:00 - 16:00
Khammouan Province
08:00 - 16:00
Khammouan Province